BRI Kantongi Laba Rp5,9 triliun

sacsacscsa

Jakarta, 5 Mei 2014 – PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) meraih laba bersih sebesar Rp5,9 triliun pada trimulan I tahun 2014, atau naik 17,86 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni senilai Rp5,01 triliun.

“Ditengah fluktuasi kondisi perekonomian Indonesia, BRI berhasil mengembangkan bisnisnya dan membukukan laba bersih sebesar Rp5,9 triliun dalam Triwulan 1 tahun 2014 ini,” kata Presiden Direktur BRI Sofyan Basir.

Menurut dia, BRI sebagai salah satu bank yang tetap bertahan setelah terjadinya krisis finansial 1997-1998, dapat meningkatkan pangsa pasarnya secara organik, baik dari sisi perkreditan maupun pengumpulan dana pihak ke tiga. Ia menyebutkan per Desember 2013, “market share” (pangsa pasar) kredit BRI mencapai 13,1 persen, dimana angka itu meningkat dari 10,9 persen pada 2005.

Selain itu, dana pihak ketiga BRI juga meningkat dari 8,6 persen pada 2005 menjadi 13,3 persen pada 2013. “Konsistensi kinerja bank kami tercermin pula pada capaian kredit. Kredit BRI tercatat mencapai Rp432,44 triliun pada triwulan I tahun 2014, atau tumbuh 19,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2013,” ujar Sofyan.

Menurut Presdir BRI itu, pertumbuhan kredit tersebut juga dibarengi dengan prinsip kehati-hatian sehingga tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) dapat dijaga dengan baik, sehingga hanya mencapai 0,47 persen. Bisnis mikro BRI  juga terus bertumbuh positif. Kredit mikro bank itu tumbuh sebesar 21,01 persen, meningkat dari Rp112,24 triliun pada triwulan I tahun lalu menjadi sebesar Rp135,83 triliun.

QH.

KUR BRI 2013 Capai Rp 87 Triliun

sacsacscsa

Jakarta, 9 Januari 2014 – Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menembus angka sebesar Rp87 triliun hingga akhir 2013 dengan jumlah debitur mencapai 9,2 juta nasabah. Dibanding November 2013, realisasi ini meningkat Rp2,4 triliun atau sebelumnya tercatat Rp84,5 triliun, kata Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Ali menuturkan, salah satu penyebab meningkatnya KUR yakni akses nasabah yang makin mudah, baik secara infrastruktur maupun administratif. BRI sudah masuk ke jantungnya pengusaha mikro melalui Teras BRI di sentra-sentra perdagangan dan bisnis. Potensi tersebut tak mungkin hanya digarap oleh Bank BRI sendirian dan dapat digarap perbankan lainnya, agar akses kredit ke masyarakat makin luas.
Meski demikian, Bank BRI akan terus memperkuat askes dan layanan kepada pengusaha mikro. Ia mencontohkan, pedagang atau pengusaha kecil sekarang tidak perlu meninggalkan dagangannya. BRI akan melayani transaksi mereka secara langsung melalui Electronic Data Capture (EDC).
Meski ekspansi KUR BRI cukup agresif, namun perseroan tetap berhasil mengelola kualitas kredit. Hal tersebut terlihat dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang hanya sebesar 1,61 persen. Ini juga menunjukan keberhasilan pembinaan perusahaan atas pelaku usaha mikro, ujar Ali. Adapun KUR BRI terbagi atas KUR Ritel sebesar Rp17 triliun dengan jumlah debitur 99.000 dan KUR Mikro sebesar Rp69,9 triliun dengan jumlah debitur 9,1 Juta.
Sementara itu lebih dari 850.000 nasabah KUR BRI, yang semula tidak bankable dan menyandang status pengusaha pemula dan mikro, kini naik kelas menjadi nasabah komersil. “Mereka ini kemudian sudah bankable. Pinjaman mereka sudah menggunakan prosedur dan administrasi normal. Sebab mereka sudah punya jaminan, aset tetap dan lain sebagainya,” ujarnya.

Ia mengatakan, hingga 31 Desember 2013, nasabah KUR BRI yang bermigrasi ke kredit komersial berjumlah lebih dari 850.000 debitur dengan plafon pinjaman mencapai Rp13,6 triliun. “Artinya, kalau mereka berimigrasi ke kredit komersial, bisnisnya semakin bagus serta menjadi bankable. Relasi dengan lembaga keuangan juga semakin bagus,” kata Ali.

Berdasarkan data dari Kemenko Perekonomian RI, sampai dengan November 2013 penyaluran KUR nasional telah mencapai Rp133,2 triliun. di mana BRI menguasai 63,46 persen dari total KUR Nasional, ujar Ali.

QH

BRI Asuransikan Sejuta Pengusaha Mikro

sacsacscsa

Jakarta, 14 November 2013 – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengasuransikan sekitar sejuta pengusaha atau debitur mikro dalam rangka menjaga kualitas debitur. “Asuransi ini merupakan asuransi yang ditawarkan kepada debitur mikro kami yaitu debitur Kupedes,” kata Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali. dalam siaran pers yang diterima berbagai media, Rabu (13/11/2013).

Ali menuturkan, saat ini telah terdapat sebanyak 792.510 debitur mikro yang bergabung dalam asuransi AKK (Asuransi Kecelakaan, Kesehatan, dan Meninggal Dunia). Anak usaha BRI yakni PT Asuransi Beringin Life, PT Asuransi BSAM dan PT Chartis Insurance Indonesia bertindak sebagai konsursium yang menyediakan jasa layanan asuransi tersebut.

Ali menjelaskan, besarnya tarif premi asuransi tersebut sangat terjangkau bagi pelaku usaha mikro yang juga debitur Kupedes yakni sebesar Rp50.000. “Bila debiturnya suami-istri tarifnya naik sedikit jadi Rp90.000, dengan jangka waktu selama satu tahun,” ujar Ali.

Ali menambahkan, skema asuransi ini sangat efektif menjaga kualitas kredit mikro di BRI. Pasalnya, dengan adanya asuransi ini arus kas usaha mikro debitur tidak terganggu lagi sebab biaya kesehatan pelaku usaha dan istrinya sudah ditanggung perusahaan asuransi.

“Pelaku usaha mikro ini sangat sensitif dengan isu cashflow usahanya. Kalau sakit, dana usaha bisa kena. Jadi, dengan adanya asuransi ini, ada apa-apa seperti sakit kan jadi aman,” kata Ali.

Ali membeberkan empat jenis manfaat asuransi ini bagi pelaku usaha mikro. Pertama, dapat santunan harian sebesar Rp100.000, penggantian biaya pembedahan sebesar Rp2.500.000, santunan kematian sebab kecelakaan sebesar Rp500.000, dan santunan kematian normal Rp2.500.000.

Bisnis mikro BRI sendiri terus membuahkan momentum pertumbuhan yang berkelanjutan. Kredit mikro BRI tumbuh sebesar 26,86 persen (yoy), meningkat dari Triwulan III tahun lalu, Rp101,1 triliun menjadi sebesar Rp128,22 triliun. Pertumbuhan kredit mikro BRI tersebut tidak hanya menghasilkan peningkatan outstanding pinjaman, tetapi juga menghasilkan peningkatan jumlah debitur.

Hingga akhir September 2013, jumlah debitur mikro BRI mencapai 6,1 juta orang. Dalam pengembangan bisnis mikronya, BRI juga berhasil menjangkau lebih banyak pengusaha kecil dalam usaha peningkatan financial inclusion di Indonesia. Pertumbuhan penyaluran kredit mikro yang tinggi diikuti dengan kualitas kreditnya (NPL) yang terjaga pada 0.48 persen.

QH.