GAPMMI: Pembatasan BBM Bersubsidi Sulitkan Pengusaha

sacsacscsa
Jakarta, 8 Agustus 2014 – Berbagai kalangan memperkirakan, pembatasan penjualan BBM bersubsidi akan menyulitkan pengusaha tanah air. Pernyataan ini juga disampaikan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI).
Organisasi ini menilai, kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi akan menyulitkan pengusaha. “Pembatasan BBM bersubsidi akan membuat ketidakseimbangan. Yang bisa dapat BBM subsidi bisa murah, yang nggak dapat, akan mahal. Ini menyulitkan pengusaha,” kata Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman.

Menurut Adhi, akan lebih baik jika harga BBM dinaikkan karena hal tersebut akan lebih adil. Sebab, lanjutnya, jika subsidi BBM dihapuskan akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga barang pada industri makanan dan minuman akibat naiknya biaya distribusi.

Kebijakan ini, lanjutnya, juga akan menyebabkan kenaikan biaya distribusi yang berimbas pada kenaikan harga barang. “Porsi biaya distribusi sendiri sekitar 5-8 persen terhadap total harga. Sementara dari biaya distribusi, 50 persennya digunakan untuk membeli BBM,” katanya.  Karena itu, ujarnya, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk membuat permintaan kembali normal setelah terjadinya kenaikan harga barang.

QH

Related Articles :
Kemenperin Percepat Program Penyebaran dan Pemerataan Industri
Industri Musik Sumbang Rp5,2 Trilin PDB
Kemenperin Dukung Peningkatan Ekspor Furniture
100 Ribu UKM Manfaatkan Contact Center dari Telkom.
Situasi Politik Tak Pengaruhi Investasi
BANK INDONESIA DI YOGYAKARTA DAN TOP COACH INDONESIA GELAR SEMINAR 
  “Membangun Jiwa Kewirausahaan”
Tak Ada Lagi Suntikan Bagi BUMN Sakit

Tantangan Berat Menanti UMKM Sepanjang 2014

sacsacscsa

Jakarta, 7 Januari 2014 – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) akan menghadapi tantangan berat sepanjang tahun 2014. Hal ini disampaikan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI DKI Jakarta Andhika Anindyaguna Hermanto. “Iklim usaha kurang menguntungkan mulai dari melemahnya nilai tukar rupiah, kenaikan harga elpiji, inflasi, dan bunga kredit tinggi akan menjadi kendala yang membayang-bayangi kalangan usaha,” kata Andhika.

Inilah yang menurutnya menjadi tugas yang tak mudah bagi pengurus HIPMI ke depan. Apalagi, lanjutnya, sebagian besar anggotanya merupakan pengusaha baru (start-up) yang membutuhkan banyak dukungan di tengah-tengah iklim ekonomi yang kurang menguntungkan.
Menurut Andhika, siapapun yang menjadi ketua terpilih nantinya harus mampu membuka akses dana murah bagi anggota yang telah dirintis pengurus sebelumnya. Andhika menjelaskan, selama tiga tahun kepemimpinannya HIPMI fokus kepada akses pendanaan di antaranya menggandeng Bank DKI, Askrindo, serta meluncurkan kembali BPR HIPMI Jaya setelah sebelumnya dilakukan restrukturisasi manajemen.
Andhika melanjutkan, iklim bisnis menjadi barometer investasi baik saat di awal maupun akhir tahun sehingga dengan inflasi 8-9 persen akibat kenaikan BBM (tertinggi dalam 3-4 tahun lalu) ditambah kenaikan harga gas tentunya akan semakin memberatkan. Andhika berharap dalam penyelenggaraan Pemilu tahun 2014 tidak akan membuat ekonomi mengalami penurunan.
Dia juga melihat banyak terobosan yang telah dilakukan Gubernur DKI saat ini di antaranya upaya memecahkan kemacetan lalu lintas dengan membangun sejumlah infrastruktur, serta kebijakan perizinan yang semakin mudah. Selain itu, lanjutnya, pengurus HIPMI dituntut meningkatkan “capacity building” atau daya saing bisnis dalam upaya menghadapi era perdagangan bebas.

Anggota HIPMI sendiri saat ini sebanyak 3.000 orang, dari jumlah itu sebagian besar (mayoritas) didominasi pengusaha kecil dan menengah yang memiliki kelemahan dari sisi permodalan, penjaminan aset dan sebagainya. Padahal jumlah UKM di Indonesia mencapai 60 juta. sebagian besar menghadapi persoalan yang sama dengan pengusaha anggota HIPMI.

Andhika mengatakan, HIPMI memilki komitmen yang kuat untuk menekan angka pengangguran dengan melatih mereka menjadi pengusaha berhasil dan tangguh. “Syarat untuk menjadi anggota HIPMI juga mudah sepanjang memiliki badan usaha sudah dapat bergabung, anggota kita memiliki omzet rata-rata mulai dari ratusan juta sampai miliaran seiap tahun,” ungkap dia.

QH

Pertamina Targetkan Laba Bersih Rp36 Triliun pada 2014

sacsacscsa

Jakarta, 6 Januari 2014 – PT Pertamina (Persero) menargetkan perolehan laba bersih pada 2014 sebesar 3,44 miliar dollar AS atau setara Rp36 triliun. Juru Bicara Pertamina Ali Mundakir dalam siaran pers di Jakarta, mengatakan, pada 2014, pendapatan direncanakan 79 miliar dolar atau naik enam persen dibandingkan prognosa 2013.
“Laba usaha diperkirakan 6,67 miliar dollar dengan laba bersih 3,44 miliar dollar,” katanya saat menjelaskan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2014 yang disahkan pemegang saham di Jakarta. Menurut dia, perolehan laba ditopang antara lain dari produksi minyak dan gas yang ditargetkan pada 2014 mencapai 554.700 barel setara minyak per hari.
“Tingkat produksi itu terdiri atas minyak 284.000 barel per hari dan gas 1.567 MMSCFD,” katanya. Pada 2014, lanjutnya, selain eksisting, produksi migas Pertamina juga meningkat dari akuisisi dan merjer sejumlah blok migas dalam dan luar negeri. Sedangkan, bisnis panas bumi pada 2014 akan meningkat menjadi 3.036 GWh.
“Bisnis hulu diperkirakan bisa menyumbangkan lebih dari 50 persen dari total laba usaha,” ujarnya. Untuk bisnis hilir, pendapatan didukung antara lain peningkatan bisnis niaga gas sebesar 374 persen melalui sinergi antara-anak perusahaan untuk memaksimalkan usaha dari hulu, transportasi, hingga kegiatan niaganya.
“Bisnis gas akan meningkat dengan mulai gencarnya program konversi BBM ke gas untuk kendaraan,” katanya. Sedangkan belanja modal (capital expenditure/capex) 2014, tambah dia,  ditargetkan 7,85 miliar dolar.

Dengan rincian alokasi, hulu 48 persen, pengembangan bisnis 22,2 persen, gas 13,4 persen, pengolahan 6,4 persen, pemasaran dan niaga 6,1 persen, dan petrokimia serta anak perusahaan 3,9 persen.
Dalam RKAP 2014, Pertamina juga merencanakan pertumbuhan aset konsolidasi menjadi sebesar 52,6 miliar dolar atau naik sekitar 13 persen dari 2013.

QH.

Tom MC Ifle @Motivatalk Eps 10-1 “Musuh Besar Perusahaan Manufaktur”

sacsacscsa

Motivatalk kali ini kita akan membahas strategi bisnis manufacturing. Karena tantangan bisnis manufaktur saat ini cukup besar, selain harus bersaing dengan produk impor yang kadang lebih murah, berkualitas, lebih bagus modelnya tetapi juga karena banyak sekali pabrik asing masuk Indonesia.

Tantangan yang dialami pengusaha saat ini;

  • Kurs dollar tidak menentu, cenderung melemah. Sehingga pembelian bahan baku impor menjadi lebih mahal,
  • UMR naik 40%,
  • BBM bersubsidi dihapuskan,
  • Solar dibatasi, khususnya untuk industry tentunya harganya mempengaruhi biaya produksi,
  • Tarif dasar listrik naik,
  • Konsumen tidak bisa menerima kenaikan harga yang tinggi, maunya kualitas bagus harga murah.
  • KESIMPULAN: Perusahaann yang tidak efisien kalah bersaing, bukan karena factor eksternal tetapi karena tidak tahu harus bagaimana.