Membangun Bisnis Keluarga Generasi Ketiga

Hari Tanoe Soedibjo, founder MNC Group tidak hanya memiliki asset dengan total triliun rupiah, tetapi dia juga memiliki asset yang lebih berharga. Adalah anak-anak dan keturunannya yang merupakan harta terpenting bagi Hari Tanoe. Sebab, harta bisa habis, tetapi generasi bisa menciptakan harta itu kembali. Memiliki 4 orang anak, 3 di antaranya adalah perempuan bukan menjadi kendala besar baginya. Sejak kecil, dia telah mempersiapkan mereka menjadi penerus, bukan pewaris.

Banyak pengusaha yang bangkrut ketika generasi pertama sudah lepas tangan. Generasi selanjutnya hanya tahu untuk menggunakan, bahkan biasanya hanya sampai pada generasi ketiga. Tidak hanya bisnis besar, tetapi hal tersebutberlaku pada semua bisnis. Penting bagi Anda untuk bisa tetap melanjutkan kesuksesan oleh generasi selanjutnya. Pada kesempatan ini, Anda akan belajar bagaiman cara membangun bisnis hingga generasi ketiga.

  1. Selaraskan tujuan bisnis

Mungkin Anda memiliki semamngat dalam membangun bisnis, baik itu karena keinginan sejak kecil atau karena profit yang bisa dicapai oleh usaha tersebut. Tetapi, tidak semua generasi bisa menangkap hal yang sama dengan tujuan Anda. Mereka lebih banyak hanya mengetahui bahwa bisnis yang Anda kerjakan hanya sebatas penghasilan ganda atau pekerjaan sampingan. Mereka belum mengenal jangka panjang manfaat dari bisnis tersebut.

Oleh karena itu, sebaiknya Anda perlu menyelaraskan tujuan bisnis ini. Pertama, bicarakan pada generasi kedua, katakan tujuan utama Anda membangun bisnis ini. Selanjutnya mintalah pada generasi tersebut untuk menyampaikan pada anak-cucu mereka, sehingga semangat ini tidak pudar dan keturunan Anda tetap mendapatkan posisi terbaik dalam jalan bisnis mereka.

  1. Adanya pelatihan dari generasi sebelumnya

Biasanya generasi pertama terlalu sibuk dengan keberhasilan yang telah dicapai. Karena itu wajar bila mereka sulit mendapatkan waktu untuk bertemu dengan keluarga. Hal ini juga yang bisa menjadi penghambat bisnisnya akan tetap lancar dan kokoh. Dia tidak memiliki waktu untuk mengajarkan bagaimana cara bisnis pada generasi selanjutnya. Akibatnya, generasi selanjutnya tidak akan bisa mempertahankan bisnis dan mengalami kebangkrutan.

Pada bagian ini Anda diminta untuk meluangkan waktu sejenak agar bisa mengajarkan ilmu kepada anak atau cucu. Terkadang juga diperlukan upaya memaksa dulu dari Anda agar mereka mau belajar tentangbisnis yang dikelola. Ada pepatah mengatakan “tresna jalaran saka kulina”, yang artinya cinta datang karena biasa. Maka ajarilah mereka untuk terbiasa, agar ke depannya mereka bisa mencintai bisnis yang Anda bangun.

  1. Perlunya komunikasi antar generasi

Setiap generasi memiliki zaman dan gaya hidup yang berbeda. Mungkin pada zaman Anda cukup memiliki telepon genggam untuk memulai bisnis tersebut. Akan tetapi, zaman generasi kedua dan ketiga Anda telepon genggam saja tidak cukup. Perlu adanya koneksi internet dan gadget pendukung lainnya. Hanya saja tanggapan yang negatif bisa saja muncul dalam benak Anda dengan berpikir bahwa semua itu hanyalah hal yang sia-sia. Alhasil Anda hanya akan membiarkan mereka menggunakan teknologi sebagai gaya hidup, bukan kebutuhan bisnis.

Jika ini terjadi pada Anda, segeralah berkomunikasi dengan generasi selanjutnya. Tanyakan apa yang bisa dikerjakan oleh gaya hidup mereka terhadap bisnis yang Anda kelola. Jika perlu, manfaatkan teknologi tersebut untuk mengembangkan bisnis. Selain berkembang lebih baik, hal ini secara tidak langsung akan membuat generasi selanjutnya makin tertarik untuk mengelola bisnis.

  1. Melibatkan generasi muda sejak dini

Kesalahan selanjutnya adalah membiarkan generasi Anda untuk menyaksikan bisnis yang Anda kelola. Beberapa di antaranya terlambat untuk mengajarkan pada generasi selanjutnya. Akibatnya bisnis yang dikelola tidak sebaik dengan yang dibangun pada masa Anda. Mereka bukanlah satu-satunya orang yang patut disalahkan, melainkan sikap yang Anda miliki.

Seperti yang dilakukan Hari Tanoe, dia melibatkan semua anaknya ke dalam bisnis yang dikelola. Meskipun ada yang membuat bisnsi fashion tetapi baginya sudah cukup baik untuk mengetahui manajemen berbisnis. Anda juga bisa melibatkan anak-anak ke dalam bisnis dengan cara mengarahkan mereka ke sekolah bisnis, mengambil penjurusan bisnis, sehingga mereka juga tetap pada jalur yang telah disediakan.

  1. Pengelolaan konflik

Konflik merupakan bumbu dalam sebuah hubungan, termasuk keluarga. Tidak jarang Anda merasa bahwa sudah sangat lelah dalam bekerja, tetapi justru anak-anak memiliki gaya hidup yang konsumtif. Hal tersebut yang kemudian menjadi pemicu adanya konflik, sehingga anak juga berpikir untuk tidak mau menlanjutkan bisnis yang Anda kelola dengan alasan lelah dan mudah stress.

Ketika konflik datang kepada keluarga Anda, perlu adanya upaya perbaikan yang cepat. Caranya bisa dengan melakukan perbincangan hangat tentang bisnis yang Anda kelola dan apa saja tantangan di dalamnya. Hal tersebut bukan menambah beban anak-anak, tetapi lebih kepada agar bisnsi yang Anda kelola tetap bisa dinikmati oleh generasi masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *