Jakarta, 27 September 2013 – Jika kita tidak suka atau fanatik dengan produk sendiri, terus siapa lagi? Inilah yang diingatkan Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex Retraubun. Ia mengingatkan warga Indonesia harus fanatik terhadap produk dalam negeri.
“Kalau tidak fanatik terhadap produk sendiri, kita dianggap sebagai bangsa yang bodoh,” ujarnya ketika membuka Pameran Produksi Indonesia (PPI) di ruang The Function Trans Convention Centre, The Trans Luxury Hotel, Bandung, Jawa Barat.
Alex mengaku, di lemari pakaiannya tidak ada lagi kemeja dan dasi tetapi penuh dengan batik dari Aceh sampai Papua. “Saya berusaha mencontohkan yang baik,” kata Alex. Ia menyatakan, Indonesia khawatir dengan globalisasi, termasuk ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015.
Hal Itu karena takut dan kurang percaya diri. “Kita tidak harus takut tanpa berbuat apa-apa. Takut bagus demi bereaksi menghadapi globalisasi itu. Kita bodoh karena mau diserang tapi diam tidak mau fanatik dengan produk sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, PPI media memperkenalkan produk tanah air dan media membangun kecintaan produk sendiri. PPI juga bagian dari persiapan menghadapi AEC pada 2015. Karena itu, ia mengharapkan Indonesia tak hanya jadi pasar produk AEC 2015.
“Jangan sampai Indonesia dieksploitasi karena jumlah penduduknya banyak, jumlah penduduk mestinya menjadi daya tawar,” ujar Alex. Sekretaris Jenderal Kemenperin, Ansari Bukhari, menambahkan separuh dari 500 juta penduduk ASEAN ada di Indonesia. “Itu adalah pasar besar. Namun, kita harus menjual bukan hanya menjadi sasaran pasar,” tegasnya.
PPI di Bandung diikuti 126 peserta dan sekitar 60 persen peserta PPI berasal dari Jabar. Kepala Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan penggunaan produk dalam negeri berarti turut mempertahankan lapangan kerja di bidang industri. “Kita membantu para pekerja untuk terhindar dari PHK,” ujarnya.
QH.